Senin, 16 Juni 2014

TUHAN di HARI SABAT

 TUHAN di HARI SABAT

Pemahaman Tuhan Yesus terhadap peraturan-peraturan dalam kitab Taurat berbeda jauh dengan pemahaman para ahli Taurat. Para ahli Taurat berusaha memerinci apa yang termasuk dalam hukum Taurat tanpa memahami maksud sebenarnya dari peraturan tersebut. Akibatnya, hukum Taurat menjadi beban berat bagi orang-orang pada zaman Tuhan Yesus. Akibat lain adalah penerapan dari hukum Taurat menjadi terasa aneh bila kita berpikir dengan akal sehat tanpa sikap apriori (keyakinan terhadap suatu pendapat tanpa berpikir atau tanpa peduli dengan apa yang sebenarnya). Sebagai contoh, orang Yahudi tetap melepaskan ternak mereka pada hari Sabat dan membawa ternak mereka ke tempat minuman. Mereka juga akan segera menolong anak atau ternak mereka yang terperosok ke dalam sumur pada hari Sabat (bandingkan dengan Lukas 13:15; 14:5). Yang aneh, mereka beranggapan bahwa tindakan Tuhan Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat itu merupakan pelanggaran terhadap peraturan Sabat (Markus 3:1-5).
Bagi Tuhan Yesus, peraturan Sabat—bahkan juga peraturan hukum Taurat yang lain—diberikan Allah bukan untuk menjadi beban yang tidak masuk akal, melainkan diberikan untuik kepentingan manusia (Markus 2:27). Tuhan Yesus adalah penafsir hukum Taurat yang paling tepat karena Dia adalah Tuhan (Penguasa) atas hari Sabat. Memahami maksud sebenarnya dari pemberian hukum Taurat ini penting agar kita tidak salah dalam menerapkan peraturan-peraturan dalam Alkitab. Di Indonesia, kita bisa membaca atau mendengar tentang berbagai keputusan pengadilan yang aneh (tidak memenuhi rasa keadilan masyarakat) yang dilandasi oleh pemahaman yang dangkal tentang hukum. 

Markus 2:27-28
"Lalu kata Yesus kepada mereka:Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat"


-----------------------------------------------------------

Wibawa Sang Raja 

Banyak orang salah mengerti tentang siapakah Yesus Kristus itu. Saat merayakan Natal, gambaran sebagian orang adalah bahwa Yesus Kristus itu adalah bayi lemah yang dikejar-kejar oleh Raja Herodes sehingga orang tuanya harus mengungsi ke Mesir. Saat merayakan Jumat Agung, sebagian orang menganggap Yesus Kristus sebagai seorang lemah yang tidak berdaya menghadapi penyaliban. Saat merayakan Paskah, tidak semua orang Kristen menyadari bahwa peristiwa kebangkitan itu merupakan perayaan kemenangan atas kuasa dosa dan kuasa maut.
Pasal pertama Injil Markus ini mengungkapkan berbagai fakta yang menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang berwibawa: Pertama, pelayanan Tuhan Yesus didahului oleh pelayanan Yohanes Pembaptis yang berperan sebagai pembuka jalan (1:1-4). Sebagai pembuka jalan, Yohanes Pembaptis mengakui bahwa Tuhan Yesus lebih berkuasa dan lebih mulia daripada dirinya (1:7-8). Kedua, Yesus Kristus memiliki otoritas Ilahi. Saat Ia memberi diri untuk dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, kesatuan Tuhan Yesus dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus diperlihatkan (diumumkan) melalui langit yang terkoyak, Roh Kudus yang turun ke atas diri Tuhan Yesus, serta pengumuman yang disampaikan sendiri oleh Allah Bapa (1:9-11). Otoritas Ilahi Tuhan Yesus itu nampak jelas saat Dia memanggil murid-murid-Nya untuk mengikut Dia (1:16-20), saat Dia mengajar orang banyak (1:21-22), dan saat Dia mengusir roh jahat (1:23-26, 34). Perhatikan bahwa keempat murid pertama Tuhan Yesus yaitu Simon, Andreas, Yakobus, dan Yohanes dipanggil dalam keadaan sebagai nelayan aktif (1:16, 19), bukan sebagai pengangguran. Perhatikan pula bahwa Tuhan Yesus melaksanakan rencana-Nya sendiri, bukan mengikuti keinginan massa (1:37-38)

Markus 1:22
"Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat."

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar