Allah Diam
Allah menjawab doa. Namun kadangkala, di dalam ketekunan kita berdoa, kita mendapati bahwa Allah diam. Saat Allah diam, kita bisa merasa bingung, frustasi, bahkan kehilangan iman. Bagi Daud, bila Allah diam, dia menjadi seperti orang yang turun ke liang kubur (28:1). Sekalipun demikian, Daud tidak berhenti berharap dan berdoa kepada Tuhan. Ia menanti pertolongan serta jawaban Tuhan (28:1-2). Situasi sulit yang muncul seperti saat kita berhadapan dengan orang yang memusuhi kita, saat kita berada di wilayah yang rawan kejahatan, dan saat doa kita belum terkabul bisa membuat kita kehilangan akal dan tergoda utk mencari jalan pintas, tidak mencari pertolongan Tuhan. Bila kita menghadapi situasi seperti itu, ingatlah dan tirulah teladan Daud yang berkata, Kepada-Mu, ya TUHAN, aku berseru (28:1).Daud mempunyai keyakinan yg kokoh di dalam Allah, bahwa tidak ada pertolongan dan kekuatan sejati selain dari Allah. Tanpa penyertaan Allah, kita lemah. Allah tidak selamanya membisu. Keyakinan bahwa Allah bekerja tepat pada waktu-Nya menuntut kita untuk percaya bahwa Allah mampu bekerja melampaui logika kita. Kebisuan Allah pada akhirnya berujung dengan terlihatnya keagungan pekerjaan Allah (bandingkan dengan Ayub 42:2, 5), sehingga saat mendapat jawaban doa, kita dapat mengatakan, Terpujilah TUHAN, karena Ia telah mendengar suara permohonanku (Mazmur 28:6). Tetaplah berdoa dan berseru walaupun Allah nampak membisu, sebab meninggalkan Allah jauh lebih fatal daripada perasaan ditinggalkan atau masalah sebesar apa pun yg menjerat kita. Kebisuan Allah tidak berarti bahwa Ia berhenti bekerja, sehingga kita perlu ragu atau berhenti berdoa dan berharap pada-Nya. Dalam iman, Ia menunggu waktu yg tepat untuk berbicara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar